Pendidikan dan Beasiswa

Halaman ini menyediakan informasi tentang pendidikan dan beasiswa. This page provides information on education and scholarships. Contact: borokoa@yahoo.com

Situs Yaahou Nias Online

Saturday, May 20, 2006

Nilai Matematika Tak Bisa Jadi Standar Kelulusan

[BANDUNG] Asosiasi Guru Matematika Bandung (AGMB) menilai soal matematika yang diberikan kepada siswa sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliah (MA) dalam ujian nasional (UN) 2006 tidak dapat dijadikan dasar mengukur kelulusan siswa. Soal matematika yang diujikan kurang efektif sebagai alat ukur peningkatan kualitas pembelajaran, apalagi sampai menentukan kelulusan siswa.

"Materi ujian tahun ini terlalu menekankan pada aspek kemampuan prosedural bukan kemampuan nalar siswa," tegas Firmansyah Noor, Ketua Presidium AGMB di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/5).

Firmansyah juga melihat kualitas soal tidak sama antara satu sekolah dengan sekolah lain. "Ada sekolah yang soal ujiannya menggunakan kurikulum 2004 yang relatif lebih mudah dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan yang menggunakan kurikulum 1994, soalnya relatif lebih sulit dibanding tahun sebelumnya. Jadi tidak akan sama kualitasnya," papar Firmansyah yang mengaku sudah melakukan pengkajian kualitas soal UN tersebut.

Berdasarkan kajian timnya, ia menuturkan, soal- soal matematika yang diujikan tersebut lebih menekankan pada materi matematika dasar dibandingkan pada materi yang menunjang program masing-masing. "Masak untuk SMK bidang pariwisata ada soal hitungan dalam bidang teknologi?" tanyanya.

Temuan tersebut diakui oleh Sukarna, seorang guru di SMK 2 Bandung yang mengonsentrasikan diri di bidang teknologi. "Soal-soal yang diujikan itu banyak ditujukan untuk bidang teknologi. Bagaimana dengan siswa yang mengambil program pariwisata, bisnis manajemen dan lainnya?" katanya.

Ia menjelaskan banyak soal matematika yang menimbulkan multitafsir atau tidak jelas maksudnya. Selain itu ada juga soal trigonometri yang mempunyai kunci jawaban ganda.

Bukan Alat Ukur

Sebelumnya, Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr Bedjo Sujanto di Jakarta, menegaskan UN bisa menjadi alat ukur standardisasi pendidikan, apabila didukung standardisasi sarana pendidikan, seperti guru, perpustakaan, dan laboratorium. Selain itu, UN untuk SMP dan SMA saat ini belum bisa dijadikan alat untuk mengukur standardisasi pendidikan nasional.

Seperti dikutip Antara, Bedjo Sujanto mengatakan, UN hanya bisa mengukur kemampuan sekolah menyerap kurikulum pendidikan. Selain itu, diperlukan sistem ujian dan materi soal yang sudah berstandar nasional, di antaranya standar tes kemampuan berbahasa Inggris.

Di bagian lain, AGMB juga mempertanyakan adanya kesamaan soal UN dengan kode soal P1 yang dasarnya kurikulum 1994 dengan soal try out yang dimiliki banyak siswa di beberapa sekolah. "Yang mengherankan di soal try out siswa itu ada kode D10-P4-BO8-2005/2006 yang menunjukkan bahwa itu adalah soal dengan kode P4. Soal ini sudah beredar 10 hari sebelum pelaksanaan UN dan anehnya bisa ada beberapa soal yang sama persis," tutur Firmansyah.

Diduga Bocor

Mengenai kesamaan soal ini Firmansyah mengungkapkan masih ada kesamaan soal matematika pada kode soal yang lain seperti P9 dan juga P5. "Mungkin ada kebocoran dari master soal pada saat pengiriman dari pusat ke provinsi atau di percetakannya."

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Edi Siswadi mengatakan tidak ada kebocoran soal ujian nasional (UN) 2006 di Bandung selama tiga hari pelaksanaannya semenjak Selasa (16/5) hingga Kamis (18/5).

"Seluruh tim penyelenggaraan dan tim independen sudah melakukan investigasi di seluruh SMA, SMK dan MA, tidak ada kebocoran soal," ujarnya kepada wartawan dalam konferensi pers soal di Bandung, Kamis (18/5).

Bantahan serupa dikemukakan oleh Djadja Djadjuri, Ketua Tim Independen untuk Wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Cimahi.

Menurut Djadja, timnya sudah melakukan pemeriksaan ke sekolah-sekolah yang dilaporkan ditemukan adanya kebocoran soal.

Sementara itu, Tim Pemantau Mandiri UN 2006 yang dibentuk oleh Koalisi Pendidikan Kota Bandung menyatakan pihaknya menemukan sejumlah kecurangan dalam pelaksanaan UN kali ini. "Sampai hari ketiga UN, ditemukan ada siswa yang sering pergi ke kamar kecil untuk kemudian bertukar jawaban dengan rekannya," tutur Triono Koordinator Tim Pemantau Mandiri dalam konferensi pers terpisah.

Ia juga mengaku sudah mendapatkan konfirmasi dari beberapa kepala sekolah yang menyatakan bahwa di sekolahnya, berkas jawaban tidak dikumpulkan dan tidak ditandatangani oleh pengawas di dalam ruang ujian melainkan di dalam ruang panitia penyelenggara.

"Seharusnya seluruh berkas lembar jawaban UN dan daftar hadir peserta itu dimasukkan ke dalam sampul yang kemudian ditutup dan disegel oleh pengawas di ruang ujian. Tapi dari laporan pemantau, ada beberapa sekolah yang tidak melakukan standar-operasi-prosedur UN yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan. Kalau tidak disegel, bukan tidak mungkin jawaban siswa ada yang diganti oleh guru," papar Triono. [ADI/M-15]

Sumber: Suara Pembaruan, 20 Mei 2006.